Monday, December 28, 2015

Tentang "Convert"

Entah sejak kapan, di wall facebook gw ada 1 orang yg senang sekali mem-posting cerita2 orang "convert" (pindah agama), dari agama lamanya ke agama orang ini...

Well, to be honest, gw sendiri seorang "convert"... Tapi gw juga nggak suka cerita2 di tempat public soal pengalaman religius gw...

Tanpa perlu ada yang tanya, apa agama lama gw, apa agama gw sekarang, atau apa agama teman FB gw, gw cm pengen mengutarakan apa yang ada di pikiran gw aja... Some people might like it, some might not...

Berikut ini merupakan dampak negatif yang bisa ditimbulkan jika kita terlalu banyak mengumbar cerita2 pindah agama ke publik :

1. Penganut agama yang ditinggalkan oleh si convert tidak akan suka melihat tulisan si convert

Beberapa orang mungkin lebih memilih cuek atas cerita2 seperti ini, tapi beberapa akan menjadi antipati ke agama baru si convert. Bakal banyak yang bilang ini "zzz-isasi" (zzz itu misalnya nama agama...), beberapa akan berpikir orang itu sengaja ditarik-tarik ke agama baru, beberapa akan menjadi offensif ke agama baru si convert, bahkan tidak segan menggunakan kekerasan.

"Oh, saya tidak takut diserang! Saya rela mati demi agama baru saya!"

Silahkan saja jika ada yg punya pikiran begitu... Tapi menurut gw, akan jauh lebih menginspirasi, jika seseorang menyebarkan agamanya dengan tindak-tanduk sehari-harinya... Coba pikir baik2, misalnya ada mantan napi yang convert, tiba2 dia bisa bertingkah baik di masyarakat, usahanya yg halal semakin maju dan dia semakin banyak bikin kegiatan charity. Tanpa embel2 agama, semua orang akan senang sama dia... Beberapa orang mungkin jadi tertarik mempelajari agama baru si napi... Bahkan jika dari orang2 yang belajar ini kemudian tetap berpegang pada agama lamanya (yang berbeda dari si napi), paling tidak dia bisa mengenal agama si napi, bahwa itu agama yang baik, dan bisa menginspirasi banyak orang untuk menjadi semakin baik di masyarakat...

Jika orang sudah terlanjur antipati sama sesuatu, boro2 mau kenal... Dengar nama saja sudah mual... Bahkan jika ada ajaran yang baik di bawah agama baru si convert, pasti orang yang sudah antipati akan cari2 kesalahan... Contoh aja deh, kita sudah benci sama temen kita, terus kita liat dia misahin orang yang berantem, saking antipati nya, bisa aja komentar kita jadi, "Dasar sok jagoan, sok suci..."

2. Penganut agama yg baru dimasuki si convert akan menggembung ego keagamannya, bisa jadi tanpa disertai peningkatan kualitas spiritual

"Tuh kan, gw bilang apa... Orang2 pada masuk agama gw... Agama gw paling bener... Jaminan masuk surga... Semua penganut agama lain bakal masuk neraka... Pokoknya agama gw paling sempurna deh..."

Ironisnya, orang yang punya pikiran begitu ternyata tidak bisa menjalankan bahkan 10% dari perintah agamanya... Kemudian semakin mengkotak-kotakkan orang berdasarkan agamanya dan menjauhi orang yang beragama lain... Ini yg gw maksud "ego keagamaan"... Katanya agama mengajarkan cinta kasih... Apakah tindakan mengkotak-kotakkan orang = bentuk cinta kasih?

Lagipula, ada yang bisa membuktikan penganut agama tertentu bakal masuk surga? Ada yang bisa membuktikan secara objektif bahwa surga itu ada? Tidak ada yang salah dengan iman / keyakinan... Yang salah adalah kalau kita sudah memaksakan keyakinan kita ke orang lain... Apalagi dengan ancaman2 neraka... (yang mana juga nggak bisa dibuktikan)

3. Standard yang dipakai untuk menilai si convert ini akan meningkat

Pertama, camkan baik2, kita akan dihakimi berdasarkan cara kita menghakimi. Kalau kita mati2an menyiarkan perintah2 agama yang bahkan kita sendiri tidak bisa menjalankannya, apa kata orang? No 1, munafik... Lagipula kita juga nggak bisa kok menjaga pikiran kita 24 jam sehari... Kalo bisa kita sudah jadi orang suci kali yah... Berapa banyak pikira yang terlintas saat kita melamun? Berapa banyak yang positif? Berapa banyak pikiran yang kotor? Berapa banyak dari pikira yang kotor itu menjadi kata2 dan tindakan? Dan seberapa kuat kita bisa menyadari pikiran itu sebelum dia berbuah jadi tindakan?

Daripada sibuk narik2 orang dan cari umat, ada baiknya benahi dulu pikiran kita...

Kedua, orang yang convert memilih agamanya sendiri, umumnya tanpa paksaan. Kalau kita tidak menjalankan agama yang diwarisi orang tua dengan baik, kita bisa beralasan, "wong saya tidak minta dilahirkan sebagai penganut agama ini kok..." Standard seorang convert akan lebih tinggi, karena, sekali lagi, dia sendiri yang memilih agamanya, apalagi kalo hal ini sampai tersiar ke publik...

***

Nggak berarti kita nggak boleh sih cerita2 pengalaman seperti ini kepada siapapun... Tapi ada baiknya hanya untuk kalangan terbatas saja, atau hanya kepada mereka yang kita tahu dan kita yakin bisa memetik sesuatu yang positif dari cerita2 semacam ini... Otherwise... Nggak usah lah teriak2 ke publik soal conversion...

No comments: