Sunday, October 12, 2008

Agama

Kita sering ditanya apa agama kita ketika mengisi berbagai formulir, ketika (saya harap jangan ya... ^^) diintrogasi polisi, ketika bertemu teman baru, dll. Tapi sesungguhnya, apakah agama yang kita sandang itu merupakan formalitas atau mengandung sesuatu yang lain?

Dari zaman ke zaman, banyak orang yang berjuang mati-matian demi agama, bahkan rela mati untuk agama. Pertanyaannya, apa itu agama?

Agama, tidak lain merupakan peta petunjuk yang dapat digunakan bagi kita untuk menemukan 'kebenaran sejati' yang telah hilang dari dalam diri manusia. Tidak kurang, tidak lebih.

Bacalah analogi berikut :

Ada seseorang yang memakan coklat batangan, lalu ia pulang ke kampungnya dimana tidak dikenal yang namanya coklat. Ia kemudian berbagi pengalamannya, bagaimana bentuk dan rasa coklat itu. Ia mendeskripsikannya sebagai berikut : berwarna seperti tanah atau batang pohon, rasanya manis, berbentuk padat, lembut.

Kemudian orang-orang mencarinya kemana-mana berdasarkan deskripsi tersebut. Orang-orang ini terbagi dalam beberapa kategori :
  1. Orang yang salah mengira beberapa benda sebagai coklat karena mereka tidak membaca dan memahami deskripsi tersebut secara lengkap. Mereka menganggap gula, kayu manis, bahkan tanah sebagai coklat, dan mereka tidak mau diberitahu tentang kesalahan mereka.
  2. Orang yang sesungguhnya tidak pernah menemukan coklat tersebut, hanya mengkhayalkannya, tapi berani menambahkan dan mengintepretasi ulang petunjuk pertama mengenai coklat. Herannya, banyak orang yang meyakini petunjuk palsu ini.
  3. Orang yang menemukan coklat batangan tersebut, namun membuangnya, karena mereka menganggap coklat yg mereka temukan tersebut memiliki beberapa ketidakcocokan dengan petunjuk yg mereka yakini, misalnya cokat meleleh dalam mulut, bisa dicairkan, dll. Mereka menganggap yg mereka temukan itu bukan coklat.
  4. Orang yang menemukan coklat batangan, mencicipinya, dan mereka menemukan bahwa rasa coklat itu tidak seperti yang mereka bayangkan. Selama ini mereka hanya mengetahui gula sebagai makanan termanis, dan manisnya coklat tidak seperti manisnya gula. Petunjuk pertama tentang coklat itu tidak salah, namun rasa asli coklat melampaui apa yg tertulis pada petunjuk itu.
  5. Orang yang menemukan coklat batangan, mencicipinya, menyadari ada sesuatu yang lain, yang dianggap kurang dalam petunjuk yang ditinggalkan orang pertama. Mereka ingin memperjelas petunjuk tersebut. Beberapa orang percaya pada mereka, tapi banyak yang menganggap mereka gila.
Dalam analogi tersebut, coklat adalah simbol dari 'kebenaran sejati', petunjuk yang ditinggalkan orang yang menemukan coklat pertama kali adalah yang kita kenal sebagai kitab suci, dan para pencari coklat adalah umat yang meyakini agama.

Golongan pertama ibarat orang yang memiliki pengertian yang salah mengenai agama dan tidak mau diberitahu tentang kesalahan mereka. Karena mereka menganggap mereka benar.

Golongan kedua ibarat para pendiri ajaran sesat. Mereka belum memperoleh pengertian yang benar, tapi berani mendirikan sekte-sekte dengan dasar ajaran yang tidak kuat, tetapi memiliki banyak pengikut.

Golongan ketiga ibarat orang yang mendapat karunia dan anugrah khusus untuk 'berjumpa' dengan 'kebenaran sejati', namun karena mereka terlalu fanatik dan memegang kuat petunjuk itu, mereka melewatkan kesempatan berharga ini karena menganggap kebenaran itu tidak seperti yang mereka yakini.

Golongan keempat adalah mereka yang menemukan 'kebenaran sejati', mengenalnya, dan menyimpannya, serta bersaksi bahwa mereka menemukan 'kebenaran sejati' itu karena mengikuti petunjuk pertama.

Golongan kelima ibarat mereka yang menemukan 'kebenaran sejati', dan karena ingin mempermudah orang-orang untuk menemukannya, mereka memberi petunjuk tambahan, tetapi malah dianggap sesat, gila, calon penghuni neraka, dll.

Saya tegaskan sekali lagi, bahwa kitab suci adalah suatu petunjuk. Bila kita sudah menemukan apa yang kita cari, bukankah petunjuk itu tidak berguna lagi? Tetapi orang yang sudah menemukan 'kebenaran sejati' bisa membantu orang-orang yang belum menemukannya, entah berdasarkan petunjuk yang ia ikuti atau petunjuk baru yang ia rancang.

Orang dari golongan ke-5 adalah termasuk para nabi, guru besar, orang suci, yang tersadarkan, dll. Ini juga merupakan penjelasan mengapa dari 1 kebenaran sejati bisa timbul berbagai agama, dengan berbagai perbedaan dalam kitabnya. Tetapi yakinlah, dari seluruh kitab2 itu, semuanya menuju 1 tempat, yakni 'tempat dimana seharusnya kita berada, rumah sejati kita'

Karena itu tidak seharusnya kita saling menjelekkan dan menghina rekan seperjalanan kita, karena sesungguhnya mereka mencari apa yang kita cari juga. Bahkan bukannya tidak mungkin kita bisa mendapat inspirasi dari petunjuk (kitab) mereka.

No comments: