Sunday, January 30, 2011

Silence


Through silence, we could understand much...
Through silence, we could understand our self...

Ignorant

Ignorant mans wasting their times
contemplate endlessly to the past and futures;
Understand that happiness is right here,
within every simple things they dwell.

Saturday, January 29, 2011

Stranger Forever

(notes : sebelum membaca cerita ini, sebaiknya tonton dahulu film Thailand berjudul “Hello Stanger”. Cerita ini ber-setting tepat setelah adegan terakhir di film itu)

“Namaku adalah...”

Tanpa pikir panjang lagi aku segera mematikan radio sebelum pria di radio itu menyelesaikan dialognya...

“Kenapa dimatikan?”
“Terkadang ada hal-hal yang lebih baik tidak kita ketahui...”
“Apa maksudmu? Adakah sesuatu yang belum kau ceritakan padaku?”
“......... Setelah melihat komedi tadi aku jadi lapar, ayo kita cari makan...”
“Akh... kau mengalihkan pembicaraan... Apakah kau baik-baik saja?”

Ternyata tanpa sadar aku telah meneteskan air mata. “Tidak, aku tidak apa-apa... Sungguh...” Aneh rasanya, mengapa aku harus menangis untuk seorang stranger yang selama setahun tidak pernah aku temui lagi? Bahkan namanya saja aku tidak tahu...

Hari-hariku terus berlanjut. Aku masih belum melupakannya barang sedikitpun. Tentu aku tidak berharap masih dapat menemuinya lagi. Bagaimana kabarnya? Apakah dia sudah menikah dengan Gui? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu terkadang masih saja terlintas di kepalaku... Daripada terus memikirkannya, lebih baik aku menghabiskan waktu window shopping. Tidak ada salahnya keluar di hari yang cerah ini.

Tidak jelek juga berjalan sendirian seperti ini... Mataku terus berputar melihat mode baju baru yang didominasi style Korea...

“Aduh!” Tanpa sengaja aku menabrak seseorang... “Maaf... apakah Anda baik-baik saja?”
“Oh, tidak apa....... Hmm? Sepertinya aku pernah meilhatmu?”

Aku terkejut setengah mati, ternyata dia adalah Gui! Wajar saja kalau dia tidak mengenalku. Toh kita hanya pernah bertemu sekali...

“Maaf, aku terburu-buru. Aku sedang ada janji...” Tiba-tiba Gui menyela, membuyarkan rasa shock-ku.
“Oh, tidak apa, akupun masih ada keperluan... Selamat tinggal...” Tanpa basa-basi lagi kami segera berjalan saling menjauhi. Tapi karena didorong rasa penasaran, aku mencoba berbalik arah, memandang Gui dari kejauhan.

“Gui! Sepertinya tadi kamu berbicara dengan seseorang... Apakah temanmu?” Sesuai dugaanku, itu Wang! Rupanya tadi dia tidak melihatku...

“Bukan... bukan siapa-siapa... hanya seorang stranger... Entahlah... tapi aku merasa pernah bertemu dengannya...”
“.........”
“Ayo kita pergi...”
“Baiklah! Mau kemana kita hari ini?”

Pada akhirnya aku tetaplah seorang stranger di matanya. Aku hanya tersenyum memandangnya dari kejauhan, berharap dengan sepenuh hati atas kebahagiaanya... Seorang stranger yang tidak akan pernah aku ketahui namanya... Dalam hidup segala sesuatu memang terkadang tidak berjalan sesuai harapan kita, karena pada akhirnya kehidupan ini bukanlah milik kita... Kesalahan terbesar dalam cinta adalah berusaha mengikat seseorang, tetapi cinta sejati justru membebaskan... Selamat jalan stranger-ku yang unik, akupun harus melanjutkan perjalananku... Kalau masih ada jodoh, kita akan bertemu lagi... Dan lain waktu... semoga kita bisa berjumpa sebagai kawan lama... saat itu, semoga kita dapat saling memanggil nama...

~Fin~

Stranger, Enemy, Friends



There is nothing such as stranger, only friends you haven't met yet...
There is nothing such as enemy, only friends you haven't understood yet...
There is nothing such as friends, because the is no "I", "you", nor "others"...

Who am I?


In front of my parents, I'm a son.
In front of my brother, I'm an elder brother.
In front of my teacher, I'm a disciple.
In front of my friends, I'm a friend.
But who really am I?

Wednesday, January 26, 2011

Jangan Menilai Satu Untuk Semua

Entah sudah berapa hari sejak gw denger soal seorang anak cowok yang diputusin pacarnya. Alasannya cukup simpel, orangtua si cewek ga setuju. Kata si cewek, orangtuanya ga setuju dia pacaran sama cowok itu gara-gara bapak si cowok itu terkenal playboy. Dalam hati gw berpikir, apa hubungannya coba? Kenapa orangtuanya yg bermasalah, koQ anaknya yg kena?

Kenyataannya inilah sifat sebagian besar orang yang asal menilai satu untuk semuanya. Gara-gara sifat seperti ini dipelihara dari generasi ke generasi, Muncullah gap-gap dalam masyarakat sehari-hari, baik disadari maupun tidak. Coba Anda bayangkan, berapa banyak stigma yang melekat pada orang dari golongan tertentu? Misalnya Mr. X ditipu orang dari suku A, sebagian besar orang dari golongan X pasti muncul pikiran, “semua orang dari suku A penipu!” Apakah demikian adanya? Coba ganti kata ‘suku’ dengan ‘ras’, dan ‘agama’. Berapa banyak statement yang sudah dihasilkan?

Tidak bisa dipungkiri, kadang orang memang senang bergaul dengan golongan yang memiliki akar persamaannya dengannya, tetapi jangan sampai hal ini lantas menjadikan kita tidak bisa menyatu sama sekali hanya karena ego yang mengedepankan perbedaan.

Satu pohon saja bisa menghasilkan buah yang asam dan manis, apalagi manusia yang lebih kompleks dari pohon? Setiap orang unik, tidak ada yang sama persis. Anak kembar saja bisa berbeda 180 derajad. Dengan mengetahui fakta ini, hendaklah kita menilai seseorang sebagaimana orang itu adanya, bukan karena label-label yang melekat dalam dirinya, seperti SARA itu... Jika kita melihat orang itu baik adanya, perlukah kita menjauhinya hanya karena saudaranya mantan napi? Mungkinkah kita menilai kebaikan seseorang dari agama yang dianutnya? Apakah suku orang itu menentukan kepribadiannya 100%?

Cobalah kita membuka hati dan kebijaksanaan kita. Mulailah hilangkan kebiasaan mengeneralisasi segala sesuatu, dan pandanglah ke dalam mata orang secara pribadi. Ketulusan dapat dirasakan di hati, bukan lewat label SARA!

Sunday, January 16, 2011

Iman yang Sejati

Definisi iman = percaya akan sesuatu.

Ketika seseorang menyatakan dirinya beriman, sesungguhnya terdapat dua alasan besar mengapa orang beriman, yaitu :


  1. Beriman karena takut

  2. Beriman karena realisasi



Iman karena takut : bagai orang yang mengikuti kata-kata raja karena takut dipenggal

Merupakan iman semu yang muncul karena takut akan suatu hukuman yang menimpanya jika ia tidak mengimani suatu hal. Biasanya kesempatan ini digunakan banyak orang untuk menarik orang lain ke agamanya, atau menghalangi seseorang pindah ke agama lain yang lebih sesuai untuknya dengan beralasan :


  1. Agama saya yang paling benar! (varian : paling luhur, paling mulia, paling direstui, dsb)

  2. Hanya agama saya yang bisa mengantar Anda ke surga! Pintu surga tertutup bagi penganut agama lain!



Yang mana jika hal-hal diatas dipertanyakan, "Mengapa bisa demikian?" Mereka tidak mampu menjawabnya, marah, menyatakan kita telah 'tersesat', atau malah menyatakan kita calon penghuni neraka. Alasan satu-satunya mengapa mereka meyakini hal itu adalah 'karena mereka yakin' atau 'karena hal itu merupakan wahyu Tuhan yang tidak bisa dibantah'.

Ciri-ciri orang yang beriman karena takut :


  1. Marah atau takut ketika agamanya dipertanyakan, walaupun belum tentu maksud si penanya jelek

  2. Berputar-putar menjawab pertanyaan yang tidak bisa ia jawab atau marah karena enggan berkata "tidak tahu"

  3. Tidak bisa memakai logika dalam mengartikan ajaran (telan mentah-mentah), malas berpikir

  4. Sangat tertutup terhadap agama lain (simbol, ayat kitab suci, dan segala pernak-pernik religius)

  5. Sering berusaha menjelek-jelekkan agama lain, yang belum tentu ia mengerti seluk-beluknya

  6. Langsung tertarik pada suatu statement yang diberi embel-embel agama tanpa meneliti kebenarannya

  7. Rela mati demi agama karena percaya akan masuk surga dan takut masuk neraka



Orang seperti ini, bahkan jika dihadapkan pada realita akan membantahnya habis-habisan hanya karena hal tersebut tidak ada di dalam kitabnya. Seperti orang yang sudah melihat mawar putih, tapi tetap mengatakan 'tidak ada mawar putih' karena di buku ditulis 'mawar itu merah'.

Mengapa disebut iman semu?


  1. Karena dihasilkan dari paksaan / ancaman / perasaan takut, baik secara halus maupun kasar

  2. Karena tidak diketahui alasan pastinya dibalik iman tersebut selain jawaban yang berputar-putar

  3. Karena tidak membuahkan hasil positif



Dampak negatif dari memiliki iman karena takut :


  1. Semakin tidak tenang : takut 'kebenaran' agamanya 'tersenggol' setiap kali ada yang mempertanyakan atau ada fakta yang bertentangan

  2. Semakin penuh kebencian : tidak segan memarahi, menjelekkan, atau malah menghabisi orang yang mereka anggap berbahaya bagi agama mereka

  3. Semakin bodoh : tidak bisa memakai logika dan selalu menelan kata-kata pemuka agama tanpa diteliti lagi, karena mengandung / didukung ayat-ayat kitab suci



Iman karena realisasi : bagai orang yang mengikuti kata-kata sahabat karena telah melihat dan tahu hal itu benar

Inilah iman sejati yang berasal dari merealisasikan suatu ajaran. Orang yang memiliki iman seperti ini, ketika ditanya "mengapa?" akan menjawab, "Karena saya sudah membuktikan" atau, "Karena hal ini telah memberikan manfaat nyata dalam hidup saya."

Ciri-ciri orang yang beriman karena realisasi :


  1. Tahu alasan yang jelas atas imannya dan tidak takut ditanya (selama ditanya dengan cara yang sopan)

  2. Tidak menjawab dengan berputar-putar, bisa memberikan contoh praktis

  3. Berani mengatakan 'tidak tahu' atas hal-hal yang memang belum mereka realisasikan

  4. Kalaupun orang seperti ini rela mati, ia rela mati karena mempertahankan prinsip dan tidak mau membohongi diri sendiri atas apa yang ia telah lihat dan buktikan, bukan didorong rasa takut atau harapan

  5. Sangat kritis dan teliti menanggapi suatu statement, tidak akan pernah telan mentah-mentah



Mengapa disebut iman sejati?


  1. Karena dihasilkan dari pembuktian

  2. Karena terdapat alasan yang kuat dibaliknya

  3. Karena membuahkan hasil positif

  4. Biasanya lebih awet dan semakin meningkat seiring waktu



Adapun hasil positif yang dituntut dari menjalankan suatu iman yang sejati adalah :


  1. Ketenangan : karena memperoleh ketenangan bathin sebagai hasil dari menjalankan suatu ajaran baik

  2. meningkatnya kebijaksanaan : semakin bisa memakai logika dalam membedakan mana yang baik, mana yang tidak

  3. Meningkatnya cinta kasih : semakin baik hati dan terbuka, tidak mungkin orang yang penuh cinta kasih sampai mencelakai orang lain hanya karena perbedaan prinsip. Singa pun tidak akan memakan anaknya sendiri.



Latar belakang penulisan artikel

Mengapa saya taruh latar belakang di bagian terakhir? Supaya para pembaca dapat mendapat pengertian terlebih dahulu atas iman yang benar dan iman yang salah, baru dapat menilai secara objektif kata-kata yang akan saya tulis berikutnya, yang bilamana dibaca orang yang beriman karena takut, akan ditentang habis-habisan.

Latar belakang penulisan artikel ini tidak lain adalah perasaan prihatin dan simpati atas semakin panasnya perselisihan umat beragama, yang diakibatkan dari kefanatikan membuta alias iman karena takut! Semakin banyak orang yang menganggap diri paling benar, dan orang yang berpandangan lain salah. Semua agama mengajarkan kebaikan dan cinta kasih. Lantas kebaikan dan cinta kasih macam apa yang sanggup menjelekkan, mencelakai, bahkan membunuh orang lain? Sesuatu dapat dikatakan baik, apabila hal tersebut dapat menuntun pada kebaikan, bukan karena darimana sesuatu itu berasal.

Semoga dengan tulisan ini orang-orang yang memiliki iman karena didorong rasa takut dapat meningkatkan imannya ke tahap yang lebih tinggi, yaitu realisasi. Akhir kata, telitilah tulisan saya ini. Bilamana bermanfaat dan masuk akal, terimalah, namun bilamana tidak, lupakan saja dan jangan sampai tersinggung karenanya. Mohon maaf atas kata-kata yang salah, dan terima kasih.

Saturday, January 1, 2011

Happy New Year 2011



Looking back on the months gone by,
As a new year starts and an old one ends,
We contemplate what brought us joy,
And we think of our loved ones and our friends.

Recalling all the happy times,
Remembering how they enriched our lives,
We reflect upon who really counts,
As the fresh and bright new year arrives.

And when I ponder those who do,
I immediately think of you all.

Thanks for being reasons I'll have a Happy New Year!