Tuesday, May 20, 2014

Pengalaman

Sebelum seseorang mengatakan, "Kamu tahu apa? Saya sudah lebih banyak pengalaman daripada kamu!" Hendaklah ia menanyakan hal berikut pada diri sendiri.

1. Adakah saya mampu belajar sesuatu dari pengalaman yang segudang itu?

Buku yang ditumpuk di gudang tanpa pernah dibaca tidak lebih dari sekedar sampah. Yang membuat suatu buku menjadi berharga adalah apa yang tertulis di dalamnya. Sering saya melihat orang yang sedari muda telah banyak berjudi, mabuk-mabukan, bermain dengan pelacur, dan sampai mati tidak pernah berhenti. Ketika dinasehati, terutama oleh yang lebih muda, kata-kata di awal tulisan inilah yang paling sering keluar. Banggakah seseorang dengan pengalaman "sampah" nya itu?

2. Adakah saya mengambil pelajaran yang tepat dari pengalaman saya?

Sekalipun seseorang mampu belajar sesuatu dari pengalamannya, ada baiknya ia tidak menjadi kaku dan menutup persepsi lain atas pengalaman tersebut, karena bisa jadi kesimpulan yang kita ambil salah! Sebagai contoh, saya seringkali dirugikan oleh orang dari suku dan agama tertentu. Pelajaran yang salah tentu ketika kita menjadi sangat antipati dan menutup pertemanan dengan orang dari suku dan agama tersebut. Mengapa salah? Karena setiap individu adalah unik. Dengan memukul rata semua orang, berarti kita menutup kemungkinan bertemu dengan orang baik dari golongan yang kita pukul rata tersebut.

3. Apakah pelajaran tersebut masih relevan diterapkan pada situasi tertentu?

Sebagai contoh, mungkin saja seseorang pernah punya pengalaman buruk dengan berbohong, dan sedari kecil kita sudah diajarkan bahwa berbohong itu dosa. Tetapi sebagai contoh, ketika kita mengetahui seseorang memiliki penyakit jantung sekaligus kanker, sementara yang bersangkutan tidak mengetahui hal tersebut. Andaikata orang itu menanyakan kepada kita sebenarnya ia sakit apa, haruskan kita jujur dengan resiko besar membunuhnya karena serangan jantung?

Hanya jika ketiga saringan itu telah dilewati, seseorang baru pantas mengatakan, "Kamu tahu apa? Saya sudah lebih banyak pengalaman daripada kamu!".

Anyway, terkadang kita tidak harus mengalami sendiri untuk belajar. Kita bisa belajar dari pengalaman orang lain juga kok... Kenapa harus banyak pengalaman dahulu baru belajar? Orang bijak tidak harus menjatuhkan diri ke dalam got untuk tahu got itu kotor...

3 uraian telah dibeberkan, jikalau seseorang masih saja bersikukuh dengan prinsipnya bahwa ia paling banyak pengalaman, paling bijak, dan paling tidak boleh dibantah, maka ia seperti pohon yang tua dan kaku, dan ketika badai tiba, patahlah pohon itu...

No comments: