Saturday, April 18, 2009

Anak di Lantai Atas

*kata "aku" tidak merujuk pada penulis

Ini adalah cerita yang aku dengar dari teman di universitas. Seorang pria (sebut saja si K) mendapat kecelakaan mobil dan harus istirahat di rumah selama 1 minggu. K sudah menikah, tapi istrinya juga bekerja, jadi ia sendirian selama seharian. Untuk beberapa hari, ia menikmati kebebasannya, tetapi di hari ke 3, kebosanan mulai timbul. Dan ia masih harus berdiam, karena luka-lukanya belum sembuh.

Kemudian suatu hari sehabis makan siang, ia sedang menonton TV sambil bengong ketika ia mendengar ada suara tapak kaki dan suara anak-anak dari lantai atas. Ia tidak terlalu mempedulikannya, walaupun ia bertanya-tanya apakah anak-anak itu sedang libur sekolah. Hari berikutnya ia mendengar suara anak-anak yang sama lagi di wakktu yang sama juga seperti hari sebelumnya. Terdengar seperti ada 2 orang anak disana. Tempat K tinggal merupakan apartemen yang luas, tetapi pada siang hari suasananya tetap sunyi; suara anak-anak itu, bergema sangat keras, kontras dengan kesunyian lingkungan. Namun K tidak merasa terganggu, tetapi malah senang karena membuatnya tidak kesepian.

Hari berikutnya, K merasa bosan dan tidak niat memasak. Jadi ia memesan pizza. Pizza itu sampai dalam waktu 30 menit, dan kebanyakan untuk dihabiskan oleh K, sehingga ia menyisakan sebuah pizza utuh yang belum digigitnya. Biasanya ia akan menyimpan sisanya untuk istrinya, tapi kali ini ia ingat akan anak-anak di lantai atas, dan ia ingin memberi pizza itu pada mereka.

K tidak tahu siapa penghuni ruangan diatas, tetapi ia tetap memencet bell pintunya. Ia mendengar sesuatu bergerak didalam, namun tidak ada jawaban. Ia memencet bellnya lagi. Ia merasa seseorang melihatnya lewat lubang intip. "Siapa itu?" Suara serak memanggil dari balik pintu. K menjelaskan kalau ia dari ruang di bawah dan memiliki pizza sisa makan siangnya, dan bertanya apakah mereka menginginkannya. Pintu itu terbuka sedikit. Didalamnya terlihat kegelapan yang tidak biasa. Dari batas kegelapan berjarak 5 cm, seorang wanita muncul, menunjukkan hanya sebagian wajahnya. "Terima kasih banyak. Tapi kami tidak menginginkannya," kata perempuan itu dengan dingin. Terlalu gelap untuk dapat melihat ekspresi wajah perempuan itu. Dalama sekejap, K merasa ia tidak seharusnya berada di situ; tetapi ia tetap menjelaskan kalau ia ingin memberikan pizza ke anak-anak.

Hawa hangat berhembus dari pintu. Ia mencium bau yang tidak enak. Dalam sekejab wajah 2 orang anak muncul menumpuk diatas wajah perempuan itu. Pintu itu masih tetap terbuka sedikit. Mata anak-anak yang kosong itu memandang ke arah K. 3 wajah membentuk 1 baris vertikal.

"Saya mengerti... jadi... saya terima kebaikanmu." Kata perempuan itu. Ketika K menaruh kotak pizza di batas kegelapan, sebuah tangan mengambilnya dari arak kanan.

3 wajah itu masih melihat ke arah K. "Terima kasih..." ia mendengar suara serak lagi. K segera meninggalkan tempat itu. Ia merasa merinding. Dalam pikirannya, ia merasa ada sesuatu yang benar-benar salah. Gambaran dari wajah anak-anak itu membekas di pikirannya. Wajah... Ia merasa dingin di sekujur punggungnya. Wajah... membentuk 1 baris... Langkah kakinya dipercepat. Ia ingin pergi secepat mungkin. Ia menunggu lift namun tidak sampai-sampai. Membentuk 1 baris... diatas satu sama lain... Ia memencet tombol lift lagi dan lagi, tetapi liftnya tetap tidak mau sampai. Ia beralih ke tangga darurat. Kepalanya mulai sakit. Ia merasa muak.

Ketika ia membuka pintu tangga darurat, ia merasa ada yang memperhatikannya di belakang. Ia menoleh dan melihat di jarak sekitar 10 meter, 3 wajah itu sedang memandanginya dari sudut koridor. Sama seperti sebelumnya, mereka hanya memperlihatkan separuh wajah mereka dan memandangnya dengan tatapan kosong. Sinar matahari dari jendela menerangi wajah mereka.

K tidak peduli lagi dengan lukanya, ia berlarisekencangnya menuruni tangga. Walaupun biasanya ketika sehat K juga lebih sering menggunakan tangga daripada lift dan dapat menuruni 4 lantai dalam sekejab, kali ini ia merasa tidak sampai-sampai. 3 wajah bertumpuk keatas dalam 1 baris... aneh... tidak mungkin... itu berarti... tidak ada tubuh... dan yang paling aneh yang aku lihat di balik wajah-wajah itu... tangan... memegangi kepala...

Ia berlari ke toko kelontong terdekat dan meyuruh orang menelpon polisi.

Polisi datang dan mencari ke seluruh apartemen - dan menemukan tubuh seorang ibu dan anaknya di bath tub. Tubuh ini tidak memiliki kepala.

Menurut penyelidikan, sudah 3 hari sejak kepalanya terpisah dari tubuhnya. Dan sang suami, yang diketahui sebagai pembunuhnya, ditemukan bersembunyi di lemari - dalam keadaan gila. Ia beranggapan keluarganya masih hidup. Ada teror di matanya; polisi tidak mengetahui sumber dari terornya.

Tetapi K tahu.

========================
Diterjemahkan dari : Saya in Underworld

No comments: