Saturday, August 23, 2025

Mind Over Matters : Antara Manfaat dan Bahaya yang Sering Terlupakan

Belakangan ini, holistic healing lagi naik daun. Dari meditasi, yoga, aromaterapi, sampai energy healing—semuanya makin populer. Banyak orang merasa hidup modern itu penuh stres, bikin tubuh gampang drop. Jadi wajar kalau metode penyembuhan yang katanya menyentuh “pikiran, tubuh, dan jiwa” ini makin diminati.

Seiring dengan itu, konsep “mind over matters” alias pikiran bisa mengendalikan kondisi tubuh, juga makin sering diangkat. Katanya, kalau kita yakin bisa sembuh, tubuh akan mengikuti. Ada benarnya—tapi juga ada sisi gelap yang jarang dibahas.

Masalahnya: Black Campaign Terhadap Dunia Medis


Di sisi lain, banyak praktisi holistic healing yang kelewat pede sampai mem-black campaign tindakan medis. Obat-obatan dibilang “toxic”, operasi dianggap “terlalu keras”, dan sering keluar kalimat klise kayak “nenek moyang kita dulu nggak perlu gitu-gituan”.

Padahal, kalau mau jujur: nenek moyang kita juga banyak yang meninggal muda gara-gara penyakit yang sekarang bisa diatasi dengan medis modern. Jadi argumen itu agak rancu kalau dipakai buat menolak intervensi medis.

Ketika “Mind Over Matters” Malah Jadi Bumerang

Contoh nyatanya ada banyak. Misalnya:
  • Orang yang percaya kanker bisa sembuh dengan affirmation dan meditasi, lalu menolak kemoterapi. Hasilnya? Penyakit makin parah.
  • Ada juga yang percaya bisa “mengusir virus” hanya dengan vibrasi energi, lalu menolak vaksin. Padahal, sistem imun manusia ada batasnya.
Kasus kayak gini sering terjadi, tapi jarang diangkat karena dianggap “memojokkan” komunitas healing.


Kenapa Ada yang Sampai Menolak Medis?

Biasanya ada beberapa alasan:

1. Takut efek samping obat.

Padahal, semua obat memang punya efek samping, tapi dokter menimbang risikonya agar manfaatnya lebih besar.

2. Trauma sama pengalaman medis sebelumnya.

Misalnya pernah salah diagnosa, jadi nggak percaya lagi.

3. Terbujuk narasi “alami lebih baik”.

Kata-kata “alami” memang terdengar aman, padahal nggak selalu. Racun ular juga alami, tapi jelas berbahaya.


Pendekatan yang Lebih Sehat

Mind over matters nggak salah—justru bagus banget kalau dipakai sebagai pendukung. Tapi kuncinya: kombinasi.

Gunakan untuk memperkuat mental.

Pikiran positif bisa bikin kita lebih sabar, optimis, dan nggak gampang stres selama proses penyembuhan.

Tetap ikuti intervensi medis.

Kalau dokter bilang perlu antibiotik, ya minum. Kalau perlu operasi, ya jalani. Jangan sampai keyakinan menghalangi pengobatan yang efektif.

Kolaborasi antara medis dan holistic healing.

Yoga bisa bantu pasien jantung mengurangi stres. Meditasi bisa bantu penderita kanker tidur lebih nyenyak. Aromaterapi bisa bikin pasien merasa lebih tenang. Semua itu bisa jalan bareng medis, bukan menggantikannya.


Penutup

Holistic healing dan mind over matters memang punya tempat penting di dunia kesehatan modern. Tapi harus realistis: holistic healing bisa membantu, tapi bukan jadi pengganti tindakan medis seutuhnya.

Bahkan founder pranic healing modern, Master Choa Kok Sui saja melarang Pranic Healing meng-intervensi pengobatan medis.

No comments: