Saturday, February 5, 2011

Pria di Samping Jendela

Setiap orang pasti bisa membayangkan bagaimana kondisi suatu rumah sakit. Hanya deretan bangsal yang tersusun dengan rapih, dan beberapa ruang khusus untuk menyimpan obat, dokumen, ataupun keperluan standar rumah sakit lainnya. Di suatu bangsal yang tidak berbeda dari bangsal-bangsal lainnya, terdapatlah 2 orang tua yang saling berbagi ruang untuk waktu yang lumayan lama. Maklum saja, tubuh orang tua tidak lagi sesehat dan segagah sewaktu mereka masih muda. Salah seorang dari mereka berdiam di samping jendela. Ia pria yang menyenangkan, bahkan di hari tuanya, ia masih mampu berbagi senyum dan cerita pada setiap orang, sehingga hari-hari yang kedua orang itu lalui jadi tidak pernah membosankan.

Tanpa disadari, mereka telah menjadi teman baik. Pria di samping jendela itu seringkali memberi semangat ketika hati sahabat sekamarnya sedih. Kadang bagi kaum muda, orang yang sudah tua itu hanyalah beban, sehingga tidak heran kalau sebenarnya orang-orang tua di rumah sakit itu seakan dibuang oleh keluarga mereka, dan nyaris tidak pernah ditengok lagi. Ketika ia menceritakan semua itu pada pria di samping jendela, pria itu hanya tertawa. Ia mengerti sepenuhnya perasaan teman sekamarnya itu, namun tidak akan ada gunanya jika ia ikut bersedih dan meratapi nasib. “Maukah kau tahu apa yang aku lihat di balik jendela itu?” Ia berusaha menghibur sahabatnya. Karena didorong rasa penasaran, pria yang bersedih itu mengiyakan saja tawaran temannya.



Mulailah babak baru di dalam hari-hari mereka berdua. Pria di samping jendela selalu menceritakan dengan nada ceria segala sesuatu yang ia lihat di balik jendela. Bagaimana para staff menghabiskan waktu senggang mereka, bagaimana para pasien muda justru menemukan cinta mereka di rumah sakit kecil itu, dan bagaimana para pasien yang sudah kuat melakukan olahraga ringan. Semua cerita itu mengalir begitu saja dari bibir keriput pria itu. Sahabatnya hanya mendegarkan dengan bahagia dan antusias semua cerita temannya, seakan ia sendiri yang menjadi bagian dari semua adegan di balik jendela. Ketika ia semakin terhibur dengan semua itu, iapun dapat dengan mudah melupakan semua masalahnya. Ia menemukan kembali semangat hidup, dan keadaannya berangsur-angsur semakin pulih.

Pikiran manusia seringkali tidak dapat dikendalikan. Kita tidak dapat menebak kapan pikiran jahat muncul, dan kapan pikiran baik tenggelam. Yang menjadi permasalahan, apakah kita dapat melawan pikiran jahat yang muncul itu, atau pasrah saja? Sayangnya rasa cemburu telah menguasai pria yang berada di tengah ruangan bangsal. Setiap hari ia mulai berpikir, ‘Mengapa bukan aku yang berada di samping jendela?’ Pikiran kuat itu mulai mencengkram dan menggerogotinya. Ia tidak lagi mau berbicara, dan keadaannya semakin melemah setiap hari. Dokter, perawat, bahkan teman sekamarnyapun tidak mengetahui pasti, mengapa orang yang sudah mulai pulih itu tiba2 drop lagi?

Malam tiba. Tidak seorangpun tahu apa yang mungkin terjadi di tengah malam. Bencana! Saluran pernafasan pria di samping jendela itu tersumbat. Ia hanya mampu meronta-ronta, berusaha memberi sinyal kepada sahabatnya. Sahabatnya sebenarnya tahu, tapi ia mulai kembali berpikir, ‘Mengapa bukan aku yang berada di samping jendela itu? Kalau saja... kalau saja aku...’ Ia mengeraskan hati dan memutuskan membiarkan saja sahabatnya.

Pagi hari, semua dokter dan perawat terkejut melihat keadaan pria tua yang ceria itu. Siapa yang sangka, orang kemarin masih berbagi senyum dengan mereka, tiba-tiba saja sudah tiada. Semua orang bersedih... Dalam hati, pria yang sebelumnya berada di tengah ruang-pun sebenarnya bersedih... Tapi, ah... Lebih baik sekarang ia merayakan saja kemenangannya. Ia meminta dipindahkan ke samping jendela, tempat sahabatnya dahulu.

Pada akhirnya ia memahami sesuatu. Sahabatnya hanya berusaha menyenangkannya saja dengan mengarang semua cerita indah yang mengalihkannya dari semua permasalahan. Ia hanya duduk terdiam di samping jendela, yang ternyata berhadapan dengan tembok. Sekarang ia hanya mampu menatap ke dalam keputus-asaan dan kekosongan tiada akhir, tanpa kehadiran sahabat maupun cerita indahnya.

2 comments:

Anonymous said...

such a nice story.

Anonymous said...

"Puaslah dengan apa yang kita dapatkan saat ini." ~MYAS~

Like this story.