Saturday, December 26, 2009

Pembuat Api

Sewaktu cara membuat api belum ditemukan, orang2 hanya mengandalkan petir yang kebetulan menyambar suatu tempat hingga menimbulkan api. Tempat dimana api tersebut menyala dijadikan tempat suci. Kuil kecil akan dibangun di atasnya agar api tersebut dapat dipelihara dan dapat dimanfaatkan oleh penduduk untuk menghangatkan tubuh, memasak, melindungi diri saat malam, dan lainnya. Bagi mereka, api adalah dewa.

Suatu hari, seorang pemuda menemukan cara membuat api dengan menggosok-gosokkan dua bilah kayu. Penduduk terkejut dan mulai menganggap pemuda ini dewa. Tetapi kemudian pemuda ini berkata, "Ini sama sekali bukan keajaiban. Kalian juga dapat melakukannya... Sesederhana ini..." Ia memperagakan cara membuat api. Dan memang sangat sederhana!

Penduduk jadi memperlakukan pemuda ini dengan istimewa, ia dipuji, diberikan berbagai benda, dan memperoleh berbagai bentuk penghormatan. Pemuda ini menolaknya. Menurutnya, ia bukanlah dewa atau makhluk supranatural lainnya. Ia sama dengan penduduk lainnya. Ia hanya menemukan cara membuat api. Namun penduduk tetap memaksanya menerima penghormatan ini, karena bagi penduduk, meskipun ia hanya manusia biasa, ia adalah orang yang paling berjasa bagi seluruh penduduk desa itu. Karenanya semua orang tak harus menunggu petir jatuh untuk memperoleh api lagi, makanan dapat dimasak kapanpun, dan malam jadi tidak begitu menakutkan lagi.

Tapi ternyata hal ini mengundang kecemburuan si penguasa lama, karena menurutnya orang2 desa tidak menghormatinya lagi, bahkan mendewakan seorang manusia. Penguasa lama itu mulai menebar fitnah dengan mengatakan bahwa si pembuat api tersebut sesat, ingin menyamai dewa, penipu, dan lainnya. Ada orang yang terhasut, ada pula orang yang tetap membelanya. Desa mulai terpecah, dan kekacauan terjadi. Daripada semakin menjadi, pemuda ini memutuskan untuk mengasingkan dirinya dan tidak terlihat lagi di tengah2 penduduk.

Orang2 yang dahulu membelanya merasa sangat sedih. Tapi mereka dapat terus membuat api. Bahkan ketika penguasa lama mengeluarkan larangan membuat api, banyak orang yang terus membuat api. Penguasa jadi bingung. Lama2 ia dapat tersingkirkan dan pemuda pembuat api itu akan kembali sebagai penguasa, walaupun kenyataannya pemuda itu sama sekali tidak tertarik akan kekuasaan. Tiba2 si penguasa mendapat ilham. Ia memutuskan mengakui si pembuat api sebagai utusan dewa. Ia membuat berbagai kuil yang indah yang didedikasikan bagi si pembuat api, dan mendokumentasikan cara membuat api menjadi kitab suci. Kitab ini demikian sucinya sehingga hanya dapat dibaca oleh orang yang dipilih oleh penguasa saja. Penduduk sangat senang akan hal ini. Mereka dapat melakukan penghormatan seperti dulu di dalam kuil. Belum sampai setahun, hal ini telah menjadi rutinitas mereka. Mereka mulai lupa cara membuat api, namun terus melakukan penghormatan di kuil utusan dewa ini.

Pemuda pembuat api yang rindu akan desanya memutuskan untuk datang menegoknya secara diam2. Di desa tercintanya ia menemukan kuil indah yang didedikasikan untuknya, namun ia tidak menemukan sepercik apipun di desa itu.

No comments: