"Kerja itu wajib, sepahit apa pun, jangan manja! Jangan resign!"
Sekilas terdengar seperti nasihat bijak. Semacam dorongan supaya kita tangguh menghadapi hidup. Tapi kalau dipikir-pikir, kalimat itu justru sering kali jadi tameng untuk membenarkan kondisi kerja yang gak sehat – bahkan gak manusiawi.
Coba pakai analogi sederhana:
Bayangkan seseorang sedang hidup dalam kondisi ekonomi yang sangat sulit. Untuk bertahan hidup, dia makan nasi dengan garam setiap hari. Itu bukan karena dia mau, tapi karena itu satu-satunya pilihan yang tersedia. Dan tentu saja, dalam situasi seperti itu, kita semua bisa setuju: dia luar biasa karena mampu bertahan.
Tapi pertanyaannya:
Apakah itu kondisi yang layak dipertahankan? Apakah itu harus dinormalisasi?
Nope!
Begitu keadaan membaik, dia berhak – dan seharusnya – makan dengan gizi yang layak. Bukan hanya untuk kenyang, tapi untuk tumbuh, untuk hidup dengan sehat dan bermartabat.
Kadang, kita memang harus menerima pekerjaan yang berat, dengan gaji minim, lingkungan toksik, dan tekanan yang nggak masuk akal – demi kebutuhan hidup. Dan itu bukan aib. Itu perjuangan.
Tapi jangan sampai kita menganggap kondisi itu sebagai sesuatu yang normal.
Apalagi sampai menyuruh orang lain untuk ikut-ikutan “bertahan” dengan narasi seperti:
"Dulu gue juga begitu, masa lo gak kuat?"
Setiap orang punya titik lelah dan konteks hidup yang berbeda. Dan kadang, resign itu bukan bentuk kelemahan – tapi tanda bahwa seseorang tahu batasnya dan memilih untuk menjaga kesehatan mental dan masa depannya.
Bekerja memang penting. Bertahan dalam kondisi sulit kadang perlu. Tapi jangan sampai itu jadi standar hidup. Jangan sampai kita lupa bahwa tujuan bekerja bukan cuma untuk bertahan hidup – tapi juga untuk hidup dengan layak.
Kita perlu mulai mengganti narasi lama ini. Bukan dengan menyalahkan orang yang bertahan, tapi dengan memberi ruang bagi siapa pun untuk memilih jalan yang lebih sehat dan manusiawi.
Karena pada akhirnya:
Kerja keras itu baik. Tapi kerja dengan sadar dan bermartabat jauh lebih penting.
No comments:
Post a Comment