Tuesday, May 20, 2025

Masa Orientasi Brutal

Masa orientasi model "brutal" tuh bukan "pendidikan", tapi lebih ke bentuk penyiksaan yang dibungkus idealisme kosong. Dalihnya sih biar kuat, biar mandiri, biar ngerti hierarki — tapi kenyataannya banyak kakak kelas cuma numpang pelampiasan frustrasi dan ego doang. Toxic legacy yang diturunin terus dari generasi ke generasi tanpa dipertanyakan.

Disclaimer sekali lagi yah, ini hanya untuk mengkritisi ritual orientasi yang brutal saja, dimana TIDAK semua masa orientasi seperti itu.

Nih gw bedah satu-satu case nya:

1. Baju compang-camping, rambut dikuncir 12, nggak boleh keramas

Katanya sih buat ngajarin kesetaraan. Padahal? Yang terjadi justru perendahan martabat. Kalau lo mau ngajarin kesetaraan, kenapa nggak bikin semua orang — termasuk panitia — pakai atribut yang sama? Bukannya malah ngejajah yang baru masuk. Itu bukan kesetaraan, itu pamer kuasa.

2. Dibentak-bentak tiap hari, dicari-cari kesalahan, bahkan digebukin sebagai bentuk hukuman

Alasannya biar siap di dunia kerja. Bro, dunia kerja emang keras, tapi bukan berarti lo harus belajar lewat kekerasan. Ada perbedaan antara disiplin dan teror mental. Kalau lo mau ngajarin mental tangguh, ya kasih tantangan nyata yang relevan — bukan nyuruh orang bawa batu bata 3 biji kemana-mana sambil nyanyi Mars sekolah. Nggak nyambung.

3. Nggak boleh nyalahin kakak kelas

Dalihnya biar ngerti hormat sama yang lebih tua. Masalahnya, ini malah ngajarin bahwa senioritas lebih penting daripada kebenaran. Itu bibit dari budaya feodal dan anti-kritik. Lo tanam itu dari orientasi, nanti tumbuhnya jadi atasan yang nggak bisa dikoreksi.

Gw ngerti niat di baliknya mungkin awalnya mulia.

Tapi niat tanpa logika dan empati, ujungnya jadi toxic ritual. Masa orientasi harusnya jadi ajang perkenalan, adaptasi, dan mulai belajar budaya institusi. Bukan gladiator mental. Kita nggak butuh generasi kuat secara palsu karena terbiasa ditekan — kita butuh generasi yang ngerti empati, bisa kerja tim, dan tahu kapan harus speak up.

Jadi solusinya apa?

Kalau lo pengen bantu junior adaptasi:
  • Kasih simulasi problem solving bareng, bukan marah-marah random.
  • Bikin games kolaboratif, bukan kompetisi capek yang nggak masuk akal.
  • Ajak mereka kenalan sama budaya kampus/sekolah lewat diskusi, bukan intimidasi.

Masa orientasi tuh momen sakral awal masuk dunia baru. Jangan dirusak sama kultur "karena gue dulu digituin, lo juga harus ngerasain".

Jadilah generasi yang mutusin rantai kebodohan ini.

Kalau lo jadi panitia orientasi someday, hajar balik sistem toxic itu. Ganti sama pendekatan yang masuk akal dan bermanfaat.

No comments: