Friday, May 23, 2025

Mystic Knight dan Pelajaran Parenting dari Dunia Fantasi

Jadi ceritanya, dulu gw pernah baca 1 komik Jepang / manga tentang anak dari 2 orang hebat; pahlawan nasional. Bapaknya Great Sage, ibunya Sword Saint. Mereka berencana mewariskan semua ilmu mereka ke anak ini. Kalau anak ini sukses mewarisi semua ilmu orangtuanya, dia akan jadi Mystic Knight - Seseorang yg ahli bermain pedang, tapi juga jago dalam ilmu sihir, baik sihir destruktif maupun sihir recovery / healing.

Gw lupa sih judul manga ini anyway...

Nggak perlu ditanya lagi, training anak ini, di mata orang normal like hell. Jadwal padat, bahkan untuk menguasai high tier healing yg bisa recover lost limb, dia bisa potong jari atau tangan nya dan coba healing sendiri dulu. Yaa kalo akhirnya nggak kuat, bapaknya yg Great Sage bakal bantu healing dan tumbuhin limbs yg dipotong...

Tapi anak ini nggak merasa tertekan gimana atau depresi. Memang ada pressure for sure, tapi macem "Aduh, ini susah amat sih!" Dan ujung2nya dia bisa menguasai materi dari orangtuanya dengan baik. Macem anak yg mau ujian di sekolah aja. Kenapa dia ga depresi? Karena kedua orangtuanya present, ikutan latihan, dan kasih contoh! Bukan cuma bisa ngomong doang, nyuruh2 doang, dan marah2 doang! Dan, nggak bisa dipungkiri, mereka berdua sayang anaknya.

Gw reflect sama pendidikan di real life yah. Berapa banyak orangtua yg kerasin anak dengan alasan sayang, tapi nggak present di dalam setiap struggle anak? Nggak kasih contoh kalau mereka pun kerja kerja? Iya, papa kerja keras di kantor, tapi anak ga lihat. Dan visual proof itu penting untuk tumbuh kembang anak. Si anak di rumah ngeliatnya kan si bapak pulang kantor cuma angkat kaki dan santai2 sambil dilayani mama.

Jujur, gw ragu post tulisan ini di open blog gw. Karena nanti bakal ada yg bilang, "Alah, elu belom jadi orangtua. Cape tau jadi orangtua. Nanti tunggu kalo lu sampe jadi orangtua, baru lu tahu."

Atau, "Alah, lu belom pernah jadi guru."

Well, gw punya anak buah di kantor. Anak buah gw sukses jadi leader. Gw ga pernah maki2 mereka dengan alasan mendidik. Dan gw, selalu present di dalam setiap struggle mereka.

Dan ini jawaban gw kalo dibilang gw ga pernah jadi itu semua:

"Alah, itu cuma komik. Nggak apple-to-apple sama dunia nyata."

Ini respon gw :

No comments: