Sunday, May 11, 2025

Tarian Senja

(Cerita pendek berdasarkan puisi “Call of the Twilight”)

Di sebuah ruang di antara realita dan mimpi, dibalik sebuah gerbang dari cahaya yang mengalir, membelah dunia fana dan dunia yang tak terjamah logika manusia. Di sanalah aku melihatmu pertama kali. Berdiri diam di tengah padang bunga berwarna merah darah, wajahmu pucat namun damai, seperti tak ada satu luka pun yang sempat mencemari jiwamu.

Langit dipenuhi warna emas lembut senja, dan sungai di bawah kakimu memantulkan cahayanya, membuatmu tampak seperti makhluk yang dilukis langsung oleh para dewa.

"Aku tidak seharusnya berada di sini," kataku lirih.

"Tidak ada yang seharusnya berada di sini," jawabmu, suaramu mengalun lembut seperti angin musim gugur. "Tapi siapa bilang hal itu salah?"

Dunia kami—dunia tempat kami berasal—tak pernah bisa memahamimu. Mereka melihatmu dan hanya melihat perbedaan. Tapi aku… aku melihat seseorang yang mengenal luka-lukaku seperti mengenal napasnya sendiri.

“Apakah aku melihat bayanganku dalam dirimu?” tanyaku.

“Atau aku yang melihat diriku dalam dirimu?” balasmu, tersenyum samar.

Tanpa isyarat, tanpa kata, kita mulai menari. Tidak seperti manusia, bukan pula seperti roh. Hanya dua jiwa yang menemukan harmoni di tengah keheningan, membelah setiap lapisan rasa sakit, melangkah tanpa ragu ke dalam pusaran kebebasan.

Tapi waktu, meski tak ada artinya di dunia ini, tetap menuntut. Angin berubah. Gerbang mulai bergetar pelan—pertanda bahwa perpisahan akan tiba.

“Aku harus pergi,” kataku, mencoba menyembunyikan gundah.

“Aku tahu,” jawabmu, menatapku dalam. “Tapi ketahuilah, aku disini. Saat senja datang. Saat dunia membisu sejenak.”

Aku mengangguk. Dan saat aku menyeberang kembali, cahaya senja menjadi satu-satunya bukti bahwa kau bukan sekadar mimpi.

Setiap hari, aku menjalani hidup seperti biasa. Tapi saat senja datang, aku diam. Menunggu. Mendengar angin. Mencari jejak cahaya yang menuntunku kembali.

Dan kadang—dalam sekejap di antara siang dan malam—aku melihatmu lagi. Berdiri di antara bayangan, menunggu.

Dan aku tahu, cerita kita belum selesai.

No comments: