Sunday, May 18, 2025

More About Amor Fati (Again) - My Own Personal Thought

Sprint retro mirip amor fati.
Kita nggak dwell di dalam kesalahan berlarut larut. Bukan soal kita nggak mengakui kesalahan itu terjadi. Tapi kita choose untuk admit what went wrong, appreciate what went well, dan apa action plan berikutnya untuk mitigasi damage dan pencegahan di masa depan. Nggak perlu drama berlarut larut yg nggak produktif; Unless drama itu menghasilkan sesuatu yg actionable.
Sprint retro bukan tools buat nyalahin, tapi buat refleksi, belajar, dan move on dengan kepala tegak. Kalau retro dipakai buat blame game atau toxic pity party, itu udah bukan Stoicism, itu sinetron.

Amor fati itu menerima apa yg diluar kendali.
Dan action untuk apa yg di dalam kendali. Ofc kalau orang selalu merasa everything selalu diluar kendali, 90% kemungkinan orang itu malas.
Menerima yg diluar kendali nggak berarti kita suka sama hal itu. Tapi again, daripada resent dan drama berlarut larut yg nggak produktif, mending cari action plan.
Stoicism jelas banget: ada hal yang di dalam kendali kita dan ada yang nggak. Kalau lo lempar semua ke "di luar kendali gw," itu jadi excuse buat nggak ngapa-ngapain. Dan kadang, iya — itu bentuk kemalasan terselubung. Amor fati bukan berarti kita suka sama kejadian buruk, tapi kita ngelihat itu sebagai bahan bakar untuk bertindak, bukan alasan buat stuck.

Seseorang bisa saja benci takdir nya, tapi tetap berjalan berdampingan dengan hal2 yg diluar kendali dia. Dan hal ini masih termasuk Amor Fati.
Seperti contoh, ada beberapa aspek di dalam hidup gw, yg bikin gw nggak nyaman, dan gw nggak bisa rubah itu sama sekali.
Yet I'm still living, I'm still walking my life, gw juga masih berkarya dalam banyak hal.
Nietzsche bilang: "Not merely bear what is necessary, still less conceal it... but love it." Cinta di sini bukan berarti peluk-peluk terus bilang "Wah gw seneng banget sama semua masalah di hidup gw." Tapi gw juga nggak pake itu buat mengasihani diri sendiri, melainkan buat hidup bersama tantangan itu; berdamai tanpa menyerah. Tetap berkarya, tetap berkontribusi, tetap adapt.

Amor fati bukan tentang pasrah kayak zombie, tapi tentang tetep berdiri dan jalan terus, walaupun kita kesel, capek, atau merasa dunia nggak adil.
Amor fati bukan soal nerima dengan senyum palsu. Tapi soal "oke, ini kenyataan — sekarang, what now?"

Keep questioning, keep adapting, and keep moving.

No comments: